"Kenapa---"
Gadis itu menoleh. Walau sekitar memiliki penerangan minim namun iamendapati sosok gadis yang tengah duduk lunglai.
"Kenapa kau mengurungku? Kenapa hanya kau yang ambil alih semuanya? Bukankah kita sama---"
Suara tawa kecil memasuki indera pendengarannya. Kedua matanya sedikit
melebar. Tawa jahat yang selalu masuk gendang telinganya, ia masih tak
akan bisa menerima tawa itu. Ia mendongak kepala, netra hitamnya
mendapati sosok yang serupa dengan dirinya yang memberikan tatapan tidak suka padanya. Sepasang lensa cekungnya sedikit berkilat.
"Karena aku tidak suka kau membuat 'dia' terlihat sangat baik nan polos di depan semua orang. Aku benci melihatnya."
"Tapi bukan berarti kau yang harus 'mengendalikannya'! Kita ada karena 'dia', ingat itu kan!?"
Gadis lain melipat kedua tangan di dada. Berkacak sebal pada sosok
berkacamata itu. "Tentu saja, dan aku akan 'berbagi tempat' denganmu,
tapi bukan sekarang."
"Kapan?"
Gadis itu berjalan meninggalkan
sosok berkacamata itu, dalam ruang hampa yang minim cahaya. "Kau akan
tahu sendiri, aku sudah mengatur semuanya."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar